Gadis itu bernama Wafa. Wafa adalah seorang gadis kecil berusia sekitar 9 tahun. Saat ini, dia bersekolah di Albany Rise Primary School, Melbourne, Australia.
Seperti anak-anak seusianya, Wafa juga masih didominasi sifat kekanak-kanakan. Namun di balik itu semua, ada yang istimewa pada gadis kecil ini. Dia satu-satunya murid di sekolahnya yang mengenakan jilbab.
Padahal Wafa bersekolah di public school, bukan di sekolah Islami. Tak ada paksaan dari orang tuanya untuk mengenakan jilbab.
Meski berada di lingkungan asing, dengan resiko akan ‘diasingkan’ oleh teman-temannya, dia tetap tidak peduli dan kokoh dengan pendiriannya. Suatu hari, Australia sedang dilanda heatwave.
Waktu itu suhu bisa mencapai 40 derajat celcius. Karena kasihan, guru Wafa memintanya untuk membuka jilbab agar tidak terlalu kepanasan.
Namun dengan tenang Wafa menjawab, “Its okay, Miss. I’m alright,” (Tidak apa-apa Bu, aku baik-baik saja)
Sang guru pun sampai menyampaikan kekaguman atas kegigihan Wafa. Di kesempatan lain, Wafa ditanya oleh beberapa temannya.
“Why do you wear that thing on your head?” ( Mengapa kau memakai itu dikepalamu?)
Dengan percaya diri sebagai seorang muslim, dia menjawab, “Because I’m muslim,” (Karena aku seorang muslim)
Sang teman rupanya masih penasaran dan bertanya lagi, “But what you’re wearing that for?” (Tapi untuk apa kamu mengenakan itu?)
Kembali dengan kepercayaan diri yang tinggi, Wafa menjawab,
”Well, because I’m muslim girl and all muslim girls are not allowed to show their hair to other people, besides their own family.”
(ya, karena aku seorang muslimah dan semua muslimah tidak boleh menunjukan rambut (aurat) mereka ke orang lain, terkecuali keluarga mereka sendiri)
Bisa kita bayangkan betapa takjubnya teman-teman Wafa ketika mendengar jawaban ini yang sangat berpegang teguh dan paham akan agamanya di umurnya yang masih belia.
Entah bagaimana caranya gadis kecil ini memiliki kepercayaan diri dan kebanggaan sebagai seorang muslim. Biasanya anak seusianya sangat takut dianggap berbeda dari teman-temannya.
Akan tetapi tidak untuk Wafa. Dia sangat percaya diri dan bangga dengan identitasnya sebagai seorang muslim. Tempat yang asing bagi dirinya pun semakin menempanya untuk tetap bangga sebagai seorang muslim.Kegigihan Wafa ini rupanya juga diperhatikan oleh guru-gurunya.
Dia pun terpilih sebagai student of the week (pelajar terbaik) diminggu pertama dia masuk ke sekolah tersebut.
Kisah tentang Wafa yang dikutip dari buku Character Building, karangan Yudha Kurniawan SP dan Ir Tri Puji Hindarsih tersebut sungguh menginspirasi kita bahwa identitas sebagai seorang muslim adalah suatu kebanggaan.
Di negeri yang mayoritas non muslim, Wafa mampu menunjukkan kebanggan tersebut. Sungguh ironis jika di negeri yang mayoritas muslim ini, kita justru malu menunjukkan identitas diri kita sebagai seorang muslim.
Wafa juga memberi pelajaran pada kita bahwa usia yang masih dini bukanlah halangan untuk menanamkan rasa bangga sebagai seorang muslim kepada anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar