Seputar Pilkada - Pasangan Ahok Djarot merupakan salah satu kandidat gubernur dan wakil gubernur yang sepertinya sangat fenomenal. Saking fenomenal nya, mereka menjadi sosok yang tidak terbantahkan, begitu dicintai rakyat. Karisma yang dimiliki oleh kedua orang ini sungguh terasa oleh para rakyat Jakarta
Kecintaan rakyat Jakarta kepada kedua sosok ini, khususnya Pak Ahok, tidak lagi dapat terbendung. Kebencian-kebencian yang selama ini memaksa para warga Jakarta untuk melihat sisi negatif dari Pak Ahok, ternyata tidak mampu menutup sinar yang cerah dari karakternya. Bersih, transparan dan profesional, menjadi motto hidup yang disematkan juga pada namanya, BTP.
Melihat apa yang terjadi selama hampir setengah tahun ini di Indonesia, tentu emosi kitapun terkuras. Dukungan terhadap Pak Ahok yang digerus terus menerus, membuat Pak Ahok babak belur. Bahkan orang setegar Pak Ahok, terpaksa harus menitikkan air mata di dalam membaca pembelaannya pada awal-awal sidang.
Tuduhan sebagai penista agama sungguh tidak pernah terpikirkan oleh Pak Ahok. Saya tidak dapat membayangkan apabila Pak Ahok ini masih dapat bertahan di dalam setiap tekanan yang diberikan kepada dirinya. Pak Ahok yang begitu tegas, galak, dan jujur ini, harus dizalimi dengan cara-cara yang tidak manusiawi.
Pecutan-pecutan dan beban moral yang dialami oleh Pak Ahok, tentu membuatnya sulit untuk melanjutkan jabatannya di periode kedua. Tentu dari tuduhan biadab yang dilontarkan kepada Pak Ahok, hanya bertujuan satu, mengalahkan Pak Ahok, sebagai pintu masuk menghancurkan Pak Dhe Jokowi. Perjuangan belum selesai, para relawan Ahok harus senantiasa mendukung pemerintahan yang ada.
Target sesungguhnya bukanlah Pak Ahok, melainkan Pak Jokowi. Orang yang dicintai selain Pak Ahok adalah Pak Jokowi. Jika kita mencintai Pak Dhe Jokowi, tentu kita sebagai warga negara akan berjuang untuk mempertahankan dia, setidaknya sampai dia selesai menjabat untuk dua periode.
Kekalahan Pak Ahok tidak serta merta membuat para warga berhenti di dalam mendukungnya. Ahok dan Djarot layak mendapatkan penghargaan. Lebih dari 7.000 karangan bunga sudah membeludak, dari balai kota, menuju kepada jalan-jalan di sekeliling balai kota. Ini yang dimaksud dengan ratapan warga mengenai kekalahan Ahok Djarot menelan bulat-bulat kemenangan Anies Sandi.
Berbeda dengan kemenangan Jokowi-Ahok pada tahun 2012, kemenangan mereka dirayakan oleh para warga. Senada dengan tahuni ini, kekalahan Ahok-Djarot pada tahun 2012, juga dirayakan oleh para warga, dengan memberikan bunga, mengelilingi balai kota, dan tumpah keluar.
Usaha perusakan pun juga sempat terjadi, bahkan puncaknya di hari ini, karangan bunga yang dibakar oleh kaum buruh, pendukung Anies Sandi. Lagi-lagi suatu kejadian aneh pun terulang hari ini. Demo buruh yang digelar pada pagi hari, tentu memiliki banyak agenda. Penyampaian pendapat untuk menaikkan hajat hidup para buruh, tentu sudah dipersiapkan jauh-jauh hari.
Kejadian lucu terjadi, pemberitaan media massa mengenai karangan bunga yang dibakar oleh para buruh, seolah-olah mengubur hidup-hidup aspirasi para buruh yang disampaikan. Banyak sekali media massa yang memberitakan perusakan yang dilakukan oleh par buruh. Pemberitaan tentang tuntutan para buruh, justru tidak menjadi headline news. Inikah yang disebut dengan Ahok Effect?
Jangan sampai kita, para warga tetap buta dan tidak sadar bahwa kekalahan Ahok Djarot, sebetulnya membawa mereka menjadi lebih besar dari pada apa yang kita bayangkan. Ahok Djarot sudah menorehkan sejarah yang begitu luar biasa di Indonesia. Semoga banyak Ahok-Ahok dan Djarot-Djarot lainnya yang bertumbuh dan lahir dari generasi ini.
Jangan terlalu lama bersedih atas kehilangan warga Jakarta terhadap Ahok Djarot. Ketimbang terus bersedih dan tidak ada manfaatnya, sebaiknya kita berpikir bagaimana kita harus melahirkan Ahok dan Djarot di dalam generasi ini. Tokoh nasionalis seperti mereka, tidak sering muncul di sejarah. Kita sebagai rakyat Indonesia seharusnya bersyukur, bahwa Pak Dhe Jokowi, Ahok, dan Djarot, bisa hidup di satu zaman.
Ketimbang gagal move on, alangkah lebih baiknya kita banyak-banyak berkembang biak, dan mendidik anak-anak kita agar bisa menjadi generasi penerus bangsa yang dapat diteladani, seperti Pak Jokowi, Ahok, Djarot, dan tokoh-tokoh nasionalis lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar